Kupersembahkan Puisi untuk Anak-anakku PUISI-PUISI YANG LAHIR DARI JIWA: August 2009
BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Wednesday, August 12, 2009

Hanya Satu Bunga
Kepada Mas Willy

Hanya satu bunga seroja yang ‘kan kuletakkan di pusaramu
Hanya satu
Karna kamu tidak membutuhkan lebih
Karna dunia hanya membutuhkanmu
Tidak lebih.

Hanya satu rekuim doa yang kan kuguratkan di pusaramu
Rekuim satu: serenada biru
Karna hanya satu yang ada dalam ingatanmu
Karna hanya serenada biru
Tak lebih dari itu.

Meski engkau sudah terbujur kaku
Rohmu melayang bak rajawali
Membelah angkasa, seperti yang sering engkau ajarkan kepadaku
Lewat tawa
Canda
Diskusi
Olok-olok dan
Puisi-puisimu.

Tak ada alasan untuk tidak mengenangmu
Sebab engkau adalah bianglala
Sebab engkau adalah alternatif jawaban semesta
Sebab engkau adalah bunga
Satu-satunya bunga
Yang bermekahan di khazanah Indonesia.

Meski hari-hari terlewat dengan berat
Engkau tetap rajawali
Meski engkau dalam jeruji besi
Engkau tetaplah rajawali
Yang kan terus mengangkasa
Mengawasi setiap kesengsaraan kanak-kanak tanpa pendidikan
Pembelajaran yang tak pernah menyentuh akar kebutuhan
Dan teori-teori kapitalisme yang diimpor dari barat
Yang menjerembabkan rakyat
Dalam kemelaratan yang sangat panjang.

Kita harus turun ke lapangan, katamu suatu hari
Merasakan denyut nadi kehidupan rakyat
Melihat sendiri bagaimana rakyat bekerja memenuhi hidupnya.
Maling harus juga dikasihi, katamu pula
senapan jangan dilawan dengan pedang
tapi lawanlah dengan kasih sayang.

Sekarang, di bumi yang melahirkanmu,
Engkau direbahkan penuh damai
Seribu malaikat dengan sayap-sayapnya putih
Membawamu menghadap Illahi Robbi.
Selamat jalan, mas Willy,
Engkau tetaplah bunga seroja di hati kami.

Wisnu Sujianto
PPMI Assalaam, Sukoharjo, 7 Agustus 2009


Saturday, August 8, 2009

Selamat Jalan, selamat menemu Tuhan
Hanya Satu Bunga
Kepada Mas Willy

Hanya satu bunga seroja yang ‘kan kuletakkan di pusaramu
Hanya satu
Karna kamu tidak membutuhkan lebih
Karna dunia hanya membutuhkanmu
Tidak lebih.

Hanya satu rekuim doa yang kan kuguratkan di pusaramu
Rekuim satu: serenada biru
Karna hanya satu yang ada dalam ingatanmu
Karna hanya serenada biru
Tak lebih dari itu.

Meski engkau sudah terbujur kaku
Rohmu melayang bak rajawali
Membelah angkasa, seperti yang sering engkau ajarkan kepadaku
Lewat tawa
Canda
Diskusi
Olok-olok dan
Puisi-puisimu.

Tak ada alasan untuk tidak mengenangmu
Sebab engkau adalah bianglala
Sebab engkau adalah alternatif jawaban semesta
Sebab engkau adalah bunga
Satu-satunya bunga
Yang bermekahan di khazanah Indonesia.

Meski hari-hari terlewat dengan berat
Engkau tetap rajawali
Meski engkau dalam jeruji besi
Engkau tetaplah rajawali
Yang kan terus mengangkasa
Mengawasi setiap kesengsaraan kanak-kanak tanpa pendidikan
Pembelajaran yang tak pernah menyentuh akar kebutuhan
Dan teori-teori kapitalisme yang diimpor dari barat
Yang menjerembabkan rakyat
Dalam kemelaratan yang sangat panjang.

Kita harus turun ke lapangan, katamu suatu hari
Merasakan denyut nadi kehidupan rakyat
Melihat sendiri bagaimana rakyat bekerja memenuhi hidupnya.
Maling harus juga dikasihi, katamu pula
senapan jangan dilawan dengan pedang
tapi lawanlah dengan kasih sayang.

Sekarang, di bumi yang melahirkanmu,
Engkau direbahkan penuh damai
Seribu malaikat dengan sayap-sayapnya putih
Membawamu menghadap Illahi Robbi.
Selamat jalan, mas Willy,
Engkau tetaplah bunga seroja di hati kami.

Wisnu Sujianto
PPMI Assalaam, Sukoharjo, 7 Agustus 2009

Friday, August 7, 2009

Hanya Satu Bunga
Hanya Satu Bunga
Kepada Mas Willy

Hanya satu bunga seroja yang ‘kan kuletakkan di pusaramu
Hanya satu
Karna kamu tidak membutuhkan lebih
Karna dunia hanya membutuhkanmu
Tidak lebih.

Hanya satu rekuim doa yang kan kuguratkan di pusaramu
Rekuim satu: serenada biru
Karna hanya satu yang ada dalam ingatanmu
Karna hanya serenada biru
Tak lebih dari itu.

Meski engkau sudah terbujur kaku
Rohmu melayang bak rajawali
Membelah angkasa, seperti yang sering engkau ajarkan kepadaku
Lewat tawa
Canda
Diskusi
Olok-olok dan
Puisi-puisimu.

Tak ada alasan untuk tidak mengenangmu
Sebab engkau adalah bianglala
Sebab engkau adalah alternatif jawaban semesta
Sebab engkau adalah bunga
Satu-satunya bunga
Yang bermekahan di khazanah Indonesia.

Meski hari-hari terlewat dengan berat
Engkau tetap rajawali
Meski engkau dalam jeruji besi
Engkau tetaplah rajawali
Yang kan terus mengangkasa
Mengawasi setiap kesengsaraan kanak-kanak tanpa pendidikan
Pembelajaran yang tak pernah menyentuh akar kebutuhan
Dan teori-teori kapitalisme yang diimpor dari barat
Yang menjerembabkan rakyat
Dalam kemelaratan yang sangat panjang.

Kita harus turun ke lapangan, katamu suatu hari
Merasakan denyut nadi kehidupan rakyat
Melihat sendiri bagaimana rakyat bekerja memenuhi hidupnya.
Maling harus juga dikasihi, katamu pula
senapan jangan dilawan dengan pedang
tapi lawanlah dengan kasih sayang.

Sekarang, di bumi yang melahirkanmu,
Engkau direbahkan penuh damai
Seribu malaikat dengan sayap-sayapnya putih
Membawamu menghadap Illahi Robbi.
Selamat jalan, mas Willy,
Engkau tetaplah bunga seroja di hati kami.

Wisnu Sujianto
PPMI Assalaam, Sukoharjo, 7 Agustus 2009